Dampak Negatif Penggunaan TikTok

Teknologi94 views

Aplikasi TikTok merupakan salah satu platform musik dan video yang saat ini banyak digunakan oleh berbagai kalangan khususnya adalah para mahasiswa, baik itu hanya sebagai penikmat hiburan atau konsumen saja maupun sebagai konten kreator.

Pada saat kemuculan awal TikTok yaitu berkisar tahun 2016 dengan sebutan Douyin mengikuti bahasa asalnya China; kemudian saat peluncurannya ke seluruh dunia pada tahun 2017 berubah nama menjadi TikTok.

Proses terbentuknya TikTok sendiri karena banyaknya perspektif konstruksionis sosial, yang artinya berasal dari hasil interpretasi interaksi-interaksisosial sehingga membentuk sense of self terhadap para pengguna dan penontonnya yang tertarik pada suatu konten tertentu yang diminati di TikTok.

Penggemar Tiktok juga semakin melonjak karna fitur-fiturnya yang mudah, praktis dan unik. Pada ikon saat ingin mengunggah video, akan tersedia beberapa filter untuk mencerahkan dan mengganti agar lebih cantik, adapula ikon untuk transisi, zoom, dan ikon unik lainnya agar video terlihat kebih keren.

Hal yang membuat TikTok semakin dilirik oleh para pesaing teknologi industri lainnya adalah karena aplikasi hiburan ini memungkinkan semua orang untuk bisa menjadi konten kreator tanpa memandang kalangan, jabatan, kepopuleran; dan ini hanya bergantung pada skill kreatif dalam mengekspresikan konten yang hendak dibagikan.

Kehadiran aplikasi TikTok juga sebagai salah satu bentuk kemajuan komunikasi dalam teknologi modern, di mana dapat saling membagi berita atau suatu informasi ke belahan dunia tanpa bertemu secara tatap muka dan didukung oleh akses dengan bantuan internet menambah kecepatan informasi yang diterima; sehingga telah mampu membuat dunia menjadi semakin mudah digenggam dan dicapai.

Selain pengaruh positif, aplikasi TikTok tidak sedikit juga efek negatif tiktok dari adanya konten-konten yang disajikan, dalam penelitian ini ditemukan poin-poin negatif dari pengaruh TikTok:

1. Menyia-nyiakan Waktu

Dengan adanya konten-konten yang bervariasi dalam TikTok menjadikan para pengguna TikTok ini terkadang melalaikan waktu produktif mereka untuk belajar dan melakukan hal positif lainnya.

Berdasarkan penelitian yang di lakukan di Yogyakarta oleh salah satu mahasiswa, haslnya menyebutkan bahwa mahasiswa di Yogyakarta rata-rata yang menggunakan aplikasi TikTok masih dalam batas kewajaran; yaitu dalam kisaran selama tiga jam dalam sehari. Namun di samping mahasiswa pengguna TikTok yang masih dalam batas kewajaran, ada juga mahasiswa yang berlebihan dalam menggunakan TikTok; mulai dari delapan jam sampai sepuluh jam.

Dalam penelitian ini disebutkan, tidak jarang para mahasiwa yang melewatkan waktu produktifitasnya hanya untuk melihat konten-konten yang ada di TikTok. Hal ini perlu diperhatikan lagi untuk para mahasiswa agar dapat memanfaatkan aplikasi TikTok dengan baik.

2. Tidak Dibatasi Umur

Kemudahan dalam mengakses konten-konten yang ada di TikTok ini menjadikan konten-kontennya terbuka untuk segala usia; sehingga konten yang kurang pantas dilihat oleh anak-anak misalnya menjadi bebas diakses siapa saja, termasuk anak-anak. Misalnya video menari dengan pakaian-pakaian yang minim dan kurang pantas dilihat atau bahkan cenderumg sangat terbuka..

Tentunya tidak hanya dilihat dari segi penampilan namun selain dari segi pemikiran yang ingin disampaikan oleh konten kreator; perlu adanya penyaringan terlebih dahulu yang signifikan karena tidak menutup kemungkinan juga oknum rasis memanfaatkan aplikasi TikTok.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada hasil penelitian sebagaimana telah penulis sampaikan sebelumnya, diketahui komentar mengenai dampak aplikasi tersebut.

3. Rentan Ujaran Kebencian

Di samping kebermanfaatan konten di aplikasi TikTok, tidak sedikit pula konten-konten yang tidak bermanfaat dan cenderung ke arah negative yang akan menjadi santapan penonton, khususnya para remaja dan anak-anak, seperti yang diungkapkan Erma pada penelitian sebagai berikut:

“Di TikTok itu juga sering ada hate comment gitu, cyber bullying, atau bahkan body shaming. Dan juga jadi membuat perempuan untuk berlombalomba menampakkan kecantikannya begitu, kan kita tahu sendiri kalo di Islam terlalu berlebihan juga kan ngga baik dll.”